Mata yang tadinya berat karena kantuk menjadi terbelalak. Terpana oleh pemandangan yang terpampang di depan mata, dimana garis kemerahan perlahan bergerak ke bawah. Garis yang keluar dari puncak sebuah gunung yang bentuknya hanya terlihat samar-samar.
Hari belum lagi pagi. Kami berangkat pukul 2 dinihari tadi, menyebrangi lautan antara Lewoleba, kota dimana kami menginap, dan Batu Tara, nama gunung yang berada di depan kami saat ini. Waktu yang dipilh memang tidak biasa, namun inilah saat yang paling tepat bagi pengunjung yang ingin melihat kemegahan lahar yang keluar terus menerus setiap 20 menit sekali ini.


Terletak di Lembata, pulau yang diapit oleh kabupaten Flores Timur di bagian barat dan kabupaten Alor di sebelah timurnya. Lembata sendiri saat ini lebih dikenal karena tradisi perburuan Paus di desa Lamalera.
Batu Tara sendiri memang dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor dengan jarak tempuh sekitar 2 jam. Cukup aman didekati hingga jarak beberapa puluh meter, karena kondisinya saat ini cukup stabil. Catatan sejarah terakhir mengenai letusan gunung berapi ini adalah pada tahun 1852. Gunung ini sendiri ditumbuhi vegetasi di hampir kesemua sisinya, kecuali pada jalur lahar yang terdiri dari bebatuan dan pasir. Di beberapa sisi terdapat tebing-tebing yang cukup tinggi. Sangat memukau.

Namun resikonya, kita harus siap berangkat pada jam yang tak lazim, karena moment saat matahari mulai terbit dengan lahar yang mengalir itu luar biasa memukau. Sulit dicari tandingannya, meskipun di Indonesia terdapat banyak gunung api akibat posisi Negara kita yang tepat berada di ring of fire, alias jalur gunung api yang melintas dari utara melewati Jepang, Philipine, Indonesia hingga Selandia Baru. Hanya saja harus selalu diingat, usahakan membawa baju hangat atau jaket penangkal angin, karena suhu selama perjalanan seringkali cukup rendah.
Kapal kami terdiam sembari terombang ambing, tepat di hadapan jalur lahar yang tercipta sejak ratusan tahun. Mesin dimatikan, dan kami dapat mendengar gemuruh yang sesekali terjadi saat Batu Tara memuntahkan isi perutnya, diikuti dengan bunyi gemeretak batu-batu merah menyala yang menggelinding turun, bergesekan dengan batu dan pasir lain, hingga pada akhirnya terdengar bunyi mendesis saat batu merah tersebut menyentuh air laut. Semua bunyi-bunyian yang biasanya hanya dapat kami dengar dalam sebuah film.
Teman-teman dengan semangatnya mengabadikan pemandangan di depan mata ini. Batu Tara sendiri memang merupakan objek foto yang luar biasa, dan telah menarik para fotografer dari berbagai belahan dunia untuk ikut mengabadikannya.
Menjelang matahari terbit, warna langit berubah secara perlahan, dan warna lahar tak lagi terlalu terlihat. Memudar bersamaan dengan semakin terangnya langit. Namun matahari yang terbit pagi itu tidak kalah indahnya. Bulatan berwarna jingga perlahan memunculkan dirinya di ufuk timur. Serentak semua kamera memalingkan lensa ke arah yang berlawanan.

Batu Tara pastinya satu objek yang wajib dikunjungi saat berkunjung ke Lembata. Terletak di utara pulau Timor, Lembata dapat dicapai dengan mudah melalui laut maupun udara. Penerbangan yang ada setiap hari benar-benar memudahkan
Sekilas info mengenai cara mencapai Lembata:
Jadwal penerbangan TransNusa setiap hari
• Bandara El Tari Kupang – Wunopito, pk. 8.30 WITA
• Bandara Wunopito Lembata – El Tari Kupang, pk 9.30 WITA
Wahh, kereen. Baru tau saya ada yang kayak gini. Bisa jadi saingannya Kawah Ijen nih 😀
Iyaaa, luar biasa nonton lahar turun subuh2 itu :))
Keren banget nih harus kesini jugaaaa
Iyaaaah, batu tara fenomenal abisss 😱
liat fotonya doank, bisa bikin melongo….. baca bisa bikin kagak mingkem nih. Apalagi dengerin suaranya langsung…… beruntung bgt ya kak Al.
Keren banget tulisannya….baru tau diindonesia ada tempat menakjubkan seperti lembata, batu tara
Terimakasih 🙂 Iya saya juga seneng banget punya kesempatan kesana dan amazed banget! thanks dah baca2 yaaa 😀
aku baru tau kalo ada tempat seperti in..
trims mba gemala infonya sangat fresh
Thanks dah mampir yaa 😊😊
aku tunggu tulisan2 selanjutnya mba
Okeee 😄😄
Keren Mb! Ada videonya mb? 🙂
Ada sih, tapi kemarin kepake utk video promo kemenpar.. Nanti aku sertakan linknya :)) thanks for reading yaaaa
Yoi Mb Sip! Dtunggu buku selauntnya juga yg tetang Diving kemrn kan surfing 🙂
Wah iya heheeh buku kedua banyak cerita2 divingnya, cuma masalahnya… Melawan rasa malas utk mulai nulis lagi haduuhhh..
Wow keren mbak,
luar biasa juga buat tuliasannya.
apa di lembata ada dive operator ?
Terimakasih sudah mampir dan baca2. Di Lembata sendiri saat ini memang belum ada dive operator
luar biasa, jadi bener2 bisa lait laharnya ya, tumben kak fery gag ambil pake drone aja. btw salam kenal kak
Iya, laharnya keluar tiap 20 menit. SUaranya itu loh… kaya di film hehehe. Ada ngambil pakai drone juga, tapi video. Salam kenal juga dan thanks sudah mampir ya 🙂