<!– /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Arial; panose-1:2 11 6 4 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;} @font-face {font-family:Cambria; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ascii-font-family:Cambria; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Cambria; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Cambria; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
 |
Publik transport dari Padang – Sikakap |
 |
senangnya tiap hari selalu ada ikan segar |
 |
Macaronis resort, jarak kampung terdekat adalah 2 jam |
 |
Cara tercepat turun dari boat 😀 |
 |
juru masak di boat, ahli masak ditengah badai |
 |
cewe2 peserta boat trip, saya dan Brenda (Mly) |
 |
it’s a surf trip 🙂 |
 |
bapak2 ini jualan cendera mata dengan cara nyamperin boat kami |
 |
Me in Macaronis, perfect left |
 |
taken by Go pro |
 |
coba liat karangnya deket banget 🙂 |
 |
sunset dari kamar |
Mekahnya surfing di Indonesia
Dari definisi diatas aja harusnya sudah menjabarkan betapa dashyatnya Mentawai sebagai salah satu tujuan surfing dunia.
Kepulauan Mentawai sendiri terdiri dari 4 pulau utama : Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan, serta beberapa pulau pulau kecil diantaranya yang dikelilingi sekitar 40 titik surfing.
Dari Jakarta saya harus terbang ke Padang terlebih dahulu sebelum dilanjutkan dengan perjalanan laut yang memakan waktu sekitar 12 jam. Kapal ferry yang bersandar di dermaga Bungus inilah yang menjembatani pulau2 di kepulauan Mentawai ini, sesuai motonya ‘We Bridge the Nation’. Tantangan tersendiri untuk bisa menemukan posisi tidur yang nyaman setengah duduk selama 12 jam di ferry. Walhasil leher, punggung hingga kaki pun merindukan sentuhan tukang pijat.
Untungnya saya nggak sendiri. Teman teman dari Bali dan beberapa dari negara Asia lainnya juga turut serta dalam trip kali ini. Ripcurl pro Mentawai surf contest. Terlebih lagi, tahun ini surfer cewe banyak yang ikutan, jumlah total 10 orang.. Senangnyaa.. dibandingkan dengan trip saya tahun lalu yang hanya di ikuti 3 orang surfer cewe aja. Ini ketiga kalinya saya ke Mentawai, tapi karena tidak pernah mengunjungi daerah yang sama, tiap trip selalu berkesan sekali 🙂
Kali ini kami mengunjungi Macaronis, nama yang sudah sering sekali saya dengar, bahkan sebelum trip pun saya searching videonya di you tube, dan terkagum kagum dengan kesempurnaan bentuk ombaknya, sambil berharap harap cemas semoga ukurannya pas dengan kemampuan saya.
Sebenarnya, apapun kondisinya, saya selalu merasa bersyukur untuk selalu dapat kembali ke Mentawai, yang saya sadari nggak semua orang bisa mencapainya. Masalah utama adalah mahalnya sarana transportasi setelah lepas dari jaluk transportasi publik. Ombak ombak di Mentawai tersebar dengan jarak yang berjauhan, makanya cara terbaik untuk menyusuri  adalah LOB (live on board).
Setelah sedikit bertanya tanya akhirnya keluarlah angka 2500 dolar untuk 11 hari trip per orang.. Glek! Ini memang yang menjadi kendala besar untuk surfer surfer domestik menikmati ombak di Mentawai. Karena kalau menggunakan transportasi publik hanya daerah tertentu saja yang bisa dijangkau seperti Tua Pejat, Nyang nyang, Katiet, Siberut.
Rata rata cottage dan kapal yang digunakan para surfer ini memang dimiliki oleh orang asing, nggak salah kalau kita  dibilang belum menjadi tuan rumah di  Mentawai ini.
Oke, kembali ke trip cewe cewe bawel pecinta ombak ini. Semua ternyata charging di ombak Macaronis, bahkan heat heat kami menjadi heat terbaik sepanjang sejarah ISC (Indonesia Surfing Competition) dan ASC (Asean Surfing Competition). Macaronis merupakan ombak kiri yang super duper konsisten, tidak ada kata flat atau terlalu angin untuk spot ini. Berdasar karang yang lumayan dangkal, menjamin bentuk ombak Macaronis selalu sempurna. Cuma ya itu.. Kalau sampai wipe out terlalu jauh siap siap dapat oleh oleh goresan karang, bahkan Salini, surfer girl cilik dari Pacitan harus merelakan kakinya mendapatkan 4 jaitan..
Selain surfing kegiatan yang banyak diminati disini adalah : Memancing!! Tingkat keberhasilan umpan disambar ternyata sangat mengejutkan. Rasanya baru saja dilempar sudah harus ditarik lagi dengan ujung tergantung se ekor ikan. Barbeque jadi wajib hukumnya kalau begini. Bahkan Dede Surayana, salah satu surfer pro asal Cimaja yang juga turut serta, menjelajahi seluruh pulau tiap hari demi memuaskan hobi memancingnya.
Tapi ada juga yang menegangkan. Satu hari tiba tiba bangunan berlantai dua tempat kami semua tinggal bergoyang lumayan keras dan lama. Gempa!! Dan nggak cuma sekali, tapi tiga kali!! Serentak kami leluar ke teras kamar dan memandang kejauhan, ke arah laut. Siap mengamati jika ada tanda tanda air surut tanda datangnya tsunami. Memang tak ada yang bisa kami lakukan jika beneran tsunami datang. Apalagi sebelumnya di Macaronis ini memang sudah pernah dilanda tsunami sebelumnya. Untung saja tak terjadi apa apa.
Bagi saya pribadi, berpikir super positif bener bener diperlukan dalam meladeni pembicaraan dengan lokal setempat. Lain tempat, lain pula adatnya. Rasanya seperti diajak berantem kalau ngobrol.. Ternyata bukan saya aja yang merasa seperti itu.. Tapi hampir semua teman sempat salah mengartikan mimik muka dan intonasi dari warga lokal. Grup cewe cewe bahkan sempat malas bersosialisasi karena itu. Walaupun pada akhirnya kami bersalaman dan saling mengucapkan maaf kalau ada yang kurang berkenan.. semakin kita banyak melihat budaya dan adat daerah lain, semakin kerasa pentingnya beradaptasi dan mengenal karakter daerah setempat.
Hari-hari terakhir saya dan Brenda berkesempatan ikut dalam boat trip, mengunjungi spot spot surfing lainnya seperti Thunder, dan juga spot surfing tahun lalu : Lances Right dan Lances Left. Badai yang menerjang dalam perjalanan pulang pun tak bisa menghapus senyum dari wajah kami semua..Â