Tidak terlalu jauh dari point utama di Pelabuhan Ratu, Cimaja, terdapat point alternatif yang tergolong eksklusif untuk Jawa Barat. Dalam kurun waktu setahun point ini paling paling hanya bisa menampung swell kurang dari 5 kali pertahun. Tahun ini, kami semua beruntung karena bisa menyambanginya samapai 3 kali.
Ketepatan dalam membaca ramalan swell serta kabar dari para local yang saat ini sangat mudah didapat dari facebook benar benar membantu kami untuk menentukan saat yang tepat . Maka, awal Oktober ini sepertinya ideal , dengan arah swell dari barat daya, 7.5ft serta arah angin yang tepat menjanjikan kondisi yang offshore.
Kami terbagi dalam dua rombongan. Mobil pertama dengan para peserta senior seperti Emir, Riki bum bum, DJ Achdyat Andryz sang fotografer dan saya sendiri. Mobil kedua dengan peserta Race alias Iis, Jeje, serta dua orang teman yang baru akan mencoba surfing, Dini dan Attet. Diluar rombongan Jakarta, Bandung crew juga berangkat dengan anggota Luky 347, Inong, Aldy dan Imam. Bahkan teman Singapore kami yang langganan surf West Java juga tidak mau ketinggalan. Mike Lim terbang langsung dari Singapore ke Jkt dan menuju ke Cimaja. Mungkin kalau di Pelabuhan Ratu sudah ada badara bisa dipastikan dia akan menunggu kami di Cimaja hahaha…
Setelah acara jemput jemputan yang lumayan memakan waktu, kami berangkat pukul 5 subuh dari Jakarta dengan semangat mengebu gebu. Dalam waktu 3 jam saja kami tiba di Cimaja. Ternyata saat itu air laut baru akan pasang, jadi langsung kami memutuskan untuk surfing di Cimaja dulu. Sepertinya saat itu tidak terlalu pas untuk pemanasan, set set 4 ft dan wipe out yang lumayan lama menyegarkan badan yang masih terserang kantuk.
Barulah keesokan harinya, setelah melihat Cimaja close out, kami dengan semangatnya langsung menuju kearah Loji, point kiri yang ekslusif itu. Dan benar saja, pemandangan dari atas saat itu benar banar bagaikan mimpi. Deretan swell yang rapih dengan interval yang lumayan sering, offshore, serta ukuran yang pas sangat serasi dengan hamparan sawah di sisinya.
Ternyata bukan kami saja yang berpikiran ke Loji, sepertinya semua orang di Cimaja pindah kesini. Tapi meskipun begitu, ombak Loji sedikit tricky, jika kau bukan local atau surfer yang sering surfing di Loji, pastinya agak bingung untuk menempatkan posisi untuk mengambil ombak. Hal inilah yang saya manfaatkan, karena hampir selalu para turis gagal meneruskan ombak besar yang mereka ambil Seakan akan tidak diberikan waktu beristirahat, set yang datang terus menerus selalu bagus untuk diambil.
Emir dan Race juga bolak balik mengambil ombak Loji yang terkenal sangat panjang. Jika kau bisa bertahan, hal yang sangat mudah dilakukan di point ini, maka panjang ombaknya bisa mencapai hingga 500 meter! Sangat banyak yang bisa dilakukan dengan ombak sepanjang 500 meter, bagi yang belum terbiasa dengan ombak kiri seperti saya ( bahkan setelah bertahun tahun), ombak ini memberikan waktu yang cukup untuk mengecek posisi kaki, posisi tangan dan badan. Bagi yang sudah menguasai sih jangan ditanya berapa cutback, bottom, dan floater yang bisa dilakukan.
Tapi semua itu berubah saat para grommet datang. Nah ini dia penguasa ombak sebenarnya! Mereka dengan sangat aktif mengambil alih hampir semua ombak yang memaksa kami untuk maju ke depan dan bersaing secara adil.
Ternyata ombak ini tidak bertahan seharian. Lewat jam makan siang, angin mulai berubah arah dan merusak bentuk ombaknya. Dan setelah pasang penuh set set yang datang pun semakin jarang dan ukurannya semakin kecil. Sepertinya memang sudah saat nya sesi menyenangkan ini diakhiri.
Walaupun semua harus berakhir tapi rasa dan sensasi dari surfing itu sendiri tidak mudah hilang. Hal inilah yang menjadi charger kami semua untuk bertahan selama semingu bahkan dua minggu kedepan menghadapi kerjaan di Jakarta, dan hal ini juga yang membuat kami ingin terus dan terus merasakan sensasi ombak , have a nice surf semua!